Goa : Jalan sunyi untuk perubahan, Sebuah Refleksi semangat Iqra'
SURYAWARTA.COM-Magelang Setidaknya ada dua catatan dalam sejarah Islam yang mengisahkan tentang goa dan perjuangan Nabi Muhammad SAW, pertama adalah gua hira', kedua gua Tsur. jika diperhatikan gua bukanlah sekedar lorong lurus, namun ia dapat digambarkan sebagai bangunan alami yang gelap, sunyi, terjal-terjal, jauh dari hiruk pikuk penduduk, tempat yang nyaman untuk tinggal hewan-hewan liar. Pertanyaanya kemudian mengapa gua menjadi sangat lekat dengan para pejuang perubahan?.
Goa ditunjuk menjadi tempat sekaligus ”teman” setia Muhammad tatkala mencermati tatanan sosial Makkah yang memprihatinkan kala itu, kota yang dilukiskan sarat dengan ketimpangan, perilaku korup yang dilakukan para elit-elitnya, masyarakat yang tenggelam dalam kegelapan, generasi muda yang pragmatis nir idealisme, kapitalisme akut yang menyeret para elit Makkah membuat tata hukum semaunya, dan jauh dari cita cita kemanusiaan.
Bagi pejuang kemanusiaan seperti Muhammad, gua hira' menjadi tempat yang tepat untuk mengurai kegelisahannya melihat suasana kejahiliyahan kala itu, ciri gua yang sunyi, gelap, dan dipenuhi dengan lorong-lorong misteri, memunculkan sikap kewaspadaan tingkat tinggi pada diri Muhammad, tapi perlu digaris bawahi, menyepinya beliau di dalam gua yang jauh dari keramaian sosial, bukan berarti Muhammad melarikan diri dari situasi sulit, tidak berarti pergi dan menjauh dari realitas zaman, tak berarti pula lari dari permasalahan, Gua yang sunyi yang jauh dari hingar bingar kota Makkah yang pongah kala itu, merupakan tempat mencari tahu sekaligus mencari jawaban yang tepat, diantara kesunyian dan keheningan itu, timbullah kebeningan fikir dan hati, hingga muncul buah keimanan yang teguh, hingga terbuktilah kuasa tuhan untuk memberi jawaban yang memuaskan, Diutuslah Jibril oleh Allah SWT, dipeluklah Muhammad oleh Jibril seraya menyampaikan perintah membaca "iqra", atau bacalah atas nama tuhanmu yang menciptakan.
Rasa takut dan khawatir seketika menyergap diri Muhammad saat ditemui oleh malaikat, yang menandakan pula bahwa derai dingin keringat yang membasahi tubuhnya, gemetar badan sebab takut akan peristiwa itu, merupakan gambaran "Wisuda" Muhammad untuk menjadi Nabi, mendapat mandat untuk menjalankan misi profetik, menjadi manusia yang mengejawantah menghadapi kenyataan sosial yang penuh kepongahan itu, untuk satu tujuan yaitu diubah menjadi baik, tata hidup ceroboh penduduk kota Makah yang perlu direformasi serta dinyalakan dengan cahaya nurani dan etika. Dengan satu semangat yaitu Iqra', membaca, belajar, mengeksplorasi, dan menganalisis atas nama tuhan yang menciptakan.
Goa Tsur menjadi bukti nyata perjuangan sang Nabi selanjutnya. Tempat persembunyian beliau dari kejaran pendukung status quo, beliau dikejar dan akan dibunuh oleh orang-orang yang merasa terganggu akan keberadaan Nabi Muhammad SAW. dan ajarannya. Sekali lagi Beliau bersembunyi di goa, menyelamatkan diri dari kejaran musuh, dan terbukti pulalah bahwasannya Tuhan dengan kekuasaan Nya akan selalu melindungi hamba Nya yang didalam dadanya dipenuhi dengan energi iman, tampak jelas jaring laba-laba terpampang dengan nyata dimulut gua, sebagai bukti bahwa Gua itu tak mungkin pernah dimasuki seseorang sebab ada sarang laba-laba dipintu gua itu, Laba-laba mahluk tuhan yang kecil itu, atas kuasa Nya sanggup menyelamatkan sang pejuang Kemanusiaan dari kejaran musuh.
***
Saatnya mewujudkan kader kader kenabian pada generasi muda, melihat kondisi yang sarat malapetaka ini, darurat korupsi, budaya pembiaran, kriminalitas, tawur, dan narkoba serta hoax jelas didepan mata kita. Jadilah generasi yang merenung dan berbuah aksi untuk merubah keadaan. Jika itu terlalu berat, waktunya mencoba untuk berkhalwat dalam kesunyian, mencoba untuk membuka-buka diri melalui lorong-lorong muhasabah kita, dengan menyatakan "bahwa saya sendirilah sejatinya yang perlu dibenahi sebelum membenarkan yang ada diluar saya, menyadari bahwa diri saya menyandang kesalahan, bahwa saya banyak dosa, bahwa saya otoriter, menindas, melanggar hukum, membuang sampah sembarangan, membakar hutan, tidak konsisten dan lebih banyak cakap tapi minim karya "astaghfirullahal adziim". Jika itu memang ada pada diri kita, benar kata Tuhan seperti yang diwahyukan kepada kanjeng Nabi Muhammad SAW. di gua Hira' dengan perintah "bacalah". Pertanyaan kemudian adalah. Apa yang perlu dibaca?, jawaban kita, setidaknya adalah membaca akan diri kita sendiri, kemudian bacalah sekitar kita dan upayakan perubahan jika ada sesuatu yang tak sahih. Wallahu A'lam Bishowab
* Penulis : Muhammdiyah Wildan Sulaiman (Aktifis Muhammdiyah Grabag Magelang)
Editor : Fury Fariansyah
0 Response to "Goa : Jalan sunyi untuk perubahan, Sebuah Refleksi semangat Iqra'"
Post a Comment